MAKNA SEPASANG SEPATU

MAKNA SEPASANG SEPATU

Seorang remaja pria melihat temannya membeli sepatu baru,dia sangat  iri.  Dia tahu ibunya tidak akan mampu membelikan untuknya.  Karena ia tidak memiliki ayah,  sejak kecil dia hidup berdua dengan ibunya. dia jelas mengetahui keterbatasan keuangan dari ibu, sedangkan untuk  bayar uang sekolah saja sudah berat. apalagi mau beli sepatu keren begitu. Maka dia menjadi murung, malas belajar. Dalam pikirannya hanya bagaimana bisa mendapatkan sepatu yang bagus itu.

Ibunya melihat sikapnya lalu bertanya,” anakku, kamu punya  masalah apa, kenapa murung? “

“saya sangat pengen punya sepasang sepatu seperti punya teman saya. ” katanya tulus sama ibunya.

“Oh. begitu. ” ibunya tidak banyak bicara. hanya mengatakan ” sabar ya nak, kau akan mendapatkannya.”

sekarang giliran ibunya yang depresi. Dia bingung sambil berjalan sendiri di taman, tidak tau harus berbuat apa. menelusuri jalan umum. hampir ditabrak oleh truk. dia sempat jatuh terpelanting. 

seorang lelaki baik hati menuntunnya ke bangku taman. bertanya kepadanya sedang melamun apa? 

“Saya sedang memiikirkan sepatu baru untuk anak saya. saya tidak mampu membelinya. dia frustasi sekarang, tidak mau  sekolah., kalau saja  saya boleh menukar apa  saja yang saya miliki atau bahkan mengorbankan diri saya,  saya rela untuk melakukannya, asalkan dapat membeli sepatu buat dia.”

Setelah  berbincang cukup lama, anaknya mendapat info ibunya cedera, bergegas menyusul ke lokasi dan sempat nguping sedikit pembicaraan mereka, merasa amat bersalah dan menangis. minta maaf sama ibunya.

Pria yang menolong ibunya tadi lalu menghampiri anaknya, dan menarik tangannya sambil berkata: “kemari ikut saya nak, ada sedikit hal yang saya mau bicara sama kamu  “.

setelah mendapatkan izin dari ibunya, Anaknya nurut dan mengikuti , ternyata pria itu mengajak dia ke tempat tidak jauh dari situ dan dengan tenang ia menunjuk seorang pengemis yang sudah tidak ada kedua kaki. perlahan dia berkata :” kamu lihat kakek itu, lumpuh tidak ada kaki, dia tidak ada masalah lagi dengan sepatu. namun dia tetap setiap hari datang tanpa kaki, mengemis belas kasih dari orang untuk hidup. tapi kau tahu? ternyata dia adalah seorang seniman dan sekaligus pengarang novel. “

bangkokpost.comnewslocal343962beggar-donates-b1m-to-temple

“ah ? ” anak remaja kaget merasa tidak percaya.

” iya, saya pernah wawancarai dia. mengapa dia sudah punya reputasi tapi masih mau mengemis disitu.”

dia menjawab: Saya mengemis bukan seperti pengemis lain untuk mendapat sedekah. saya mengemis untuk mencari inspirasi. saya  mengawasi wajah dan perubahan mimik orang yang lalu lalang. sekaligus memberi inspirasi juga buat orang lain.”

“Memberi inspirasi buat orang lain?” rasanya  tidak masuk akal , pikir anak remaja.

“Saya tahu apa yang kau pikirkan. nak. saya juga tidak percaya tadinya. tapi setelah kejadian ibumu baru saja dan setelah saya tahu masalah kamu, membuat saya mengerti.”

“Maksud tuan?” tanya anak remaja.

‘Ibumu tidak berdaya membelikan sepatu untuk kamu, tapi dia amat menyayangi kamu, kau tahu, apa harapan semua orang tua didunia adalah sama,  mengharapkan putra putrinya berjaya dan menjadi orang berguna.  bila kamu tidak berikhtiar belajar dan sekolah, maka hancurlah harapan mereka. dia tidak akan rela membiarkan harapannya hancur begitu saja. jika hanya gara-gara sepasang sepatu, kamu jadi melepaskan pelajaran tidak mau sekolah, kalau memang benar sepatu itu sangat penting, nilainya begitu berarti untuk kamu seumur-hidup,  maka dia bersedia mendapatkan dengan segala cara dan pengorbanan yang harus dilakukan olehnya, apapun itu bahkan raganya, hanya demi kamu, asalkan kamu mau sekolah lagi.” 

“terus apa hubungannya dengan si kakek itu?”

 kakek itu telah memberi motivasi buat saya, buat engkau juga. bahwa orang layaknya bersyukur ada sepasang kaki yang utuh. bisa berjalan, bisa berlari tanpa harus merangkak seperti dia. namun mengapa justru orang yang organ dan kaki-tangannya lengkap dan utuh, juga usianya masih muda malah frustasi?  coba, kamu bisa tidak menjawab saya , karena apa, apakah ada penderitaan dan kesulitan yang lebih parah dari orang yang kehilangan kedua kakinya?.” 

“Hanya karena sepasang sepatu, hanya karena sepasang sepatu, saya hampir membuat ibu saya kecelakaan. dan mebuat masa depan saya sendiri hancur…” anak remaja ini berulang-ulang berkata. ” padahal kaki saya masih utuh dan mulus “.

“Aku ini memang keterlaluan.! ” dia merasa malu dan  tidak berani melirik si kakek yang lumpuh. langsung lari kembali menghampiri ibunya. dia berjanji akan giat dan tekun belajar. ”  

“Mari kita pulang nak, ” sambil mengucapkan terimakasih, ibu dan anak ini menyalami pria penolong tadi dan pamit pulang.

Dalam perjalanan pulang, ibunya menghampiri ke sebuah toko sepatu dan berkata: “nak, pilihlah sepatu yang engkau suka itu.”

Anaknya kaget: ” ibu, saya sudah menyadari kesalahan saya dan  tidak mau sepatu itu lagi. lagi pula dari mana ibu punya uang sebanyak itu? jangan ibu pergi pinjam uang sama orang lain. aku tidak mau.”

“Tidak nak, paman  yang menolong ibu tadi itu memberikan uang kepada ibu, ibu tidak mau, tapi katanya tidak apa, kalau kamu bisa sekolah dan sukses nanti, sudah bisa cari uang baru kembalikan. “. ibu melihat ketulusan dan tanpa syarat maka ibu terima. ibu bersedia kerja perlahan mengumpulkan uang untuk mengembalikannya, yang penting kamu mesti kembali sekolah. ” kata ibu.

“Oh, terimakasih ibu” ibunya dipeluk dan wajahnya dibasahi oleh linangan  air mata.

Sekarang  sepatu barunya berhasil dibeli dan dibawa pulang ke rumah. 

“pakailah nak, mulai besok pakai kesekolah, biar kamu jadi percaya diri dan bersemangat .” kata ibunya.

” Tidak bu, sepatu ini akan saya simpan di lemari saja.” jawabnya.

“lho, kenapa, kamu tidak suka lagi sama sepatu ini?” ibunya sedikit kecewa.

“Bukan bu, justru sebaliknya. tapi saya berjanji saya harus sekolah dan giat belajar hingga selesai, baru saya boleh pakai sepatu ini.” kata anak remaja.

” Baiklah, ibu percaya sama kamu.” ibunya berkata.

Dua tahun kemudian selesai tamat sekolah, anak remaja meraih juara diberbagai bidang kegiatan dan memperoleh ranking nomor satu dikampusnya. satu perusahaan besar langsung meminta dia kontrak kerja.  satu keluarga gembira dan  merayakannya.

selesai  pesta pada malam hari, ibunya perlahan berkata kepada anaknya: ” anakku, sekarang kamu sudah berhasil selesai sekolah, ibu sangat gembira, hari ini adalah waktu kamu memakai sepatu itu. pergi sana keluarkan sepatunya dan pakailah.”

Anak remaja itu pergi membuka pintu lemari dan mengeluarkan sepasang sepatu yang masih sangat baru. menaruh dikedua tangan dan duduk berdiam.

“pakailah nak, mengapa diam saja?  ” desak ibunya.

 sejenak dia berkata:” ibu, saya tidak mau pakai sepatu in lagi.” 

“lho, kenapa, kau sudah berhasil nak, seperti yang kau janji sendiri sebelumnya.” ibunya kaget lagi dan berkata.

“Sepatu ini hanya barang yang punya nilai dagang. kalaupun saya mau saya sudah mampu beli lusinan sepatu yang jauh lebih baik dari ini.  tapi sepasang sepatu ini maknanya sangat besar buat saya. setiap kali saya melihatnya,. Saya selalu teringat pada kekek yang lumpuh itu. saya sungguh malu dibandingkan dia. kalau saya pakai lagi sepatu ini, saya akan kalah. dia mermbangun keberhasilan dalam kondisi cacat. meskipun saya berhasil , saya tidak mau ditertawakan orang, bahwa keberhasilan saya harus mengandalkan memakai sepatu baru.” anak remaja mengutarakan alasannya.

“kau sudah dewasa, nak. tidak mengecewakan ibu. ” kata ibunya dengan bangga.

” Tadi kau mengatakan kakek lumpuh, apakah yang tempo hari diunjuki oleh pria penolong kita ?”

” iya bu, memang kenapa?”

“kau tahu dia itu siapa ? apakah dia memberitahumu ?  ” ibunya tanya dengan serius.

” tidak bu, dia siapa?” Anak remaja jawab dan balik bertanya.

“…….   “.

” Dia siapa bu, ” anaknya jadi penasaran bertanya lagi.

“eem……,  dia adalah orang tua anak lelaki yang menolong kita! “, setelah sedikit tersendat, akhirnya ibunya berkata.

“Ah ????? “

“Kakek tua itu adalah seorang ayah yang hebat.  dia bilang kepada anaknya, lelaki penolong ibumu itu, kalau kamu tidak pulang dengan sukses, saya akan terus mengemis disini. meskipun saya tidak terlalu butuh uang.  saat dia menolong ibu, dia baru selesai study diluar negeri dan mendapat gelar, setelah pulang dia melihat ayahnya masih disitu, dia bertanya mengapa ayah masih mengemis?

Ayahnya menjawab: ” saya masih ada satu keinginan belum tercapai, kalau sudah selesai, saya akan tinggalkan tempat ini” katanya.

“boleh saya bantu untuk merealisasikan keinginan itu?” tanya pria itu.

” kemari, nak.” lalu dia bisikan ditelinga-nya. ibu tidak mendengar apa yang dikatakannya.

Dengan kejadian kamu, dia mengurungkan niatnya menyuruh ayahnya berhenti mengemis. inilah cerita yang saya tahu” kata ibunya. 

“Sepertinya saya mulai mengerti kata memberi inspirasi kepada orang lain.” pikir anak remaja ini.

“Bu, selama ini saya konsenterasi belajar terus, tidak pernah ke sana lagi, apakah sang kakek sekarang masih disana?”  tanya anak remaja kepada ibunya.

“tidak . tapi di tempat biasa dia duduk ada sebuah patung sosoknya,. tidak tahu siapa yang mengukirnya”.

Anak remaja dengan lembut mengelus sepatunya. perlahan- diam-diam dia berjanji lagi untuk meraih cita-citanya yang lebih besar. Lalu dengan hati-hati meletakkan kembali sepatu barunya ke dalam lemari.

Tiga tahun kemudian, anak remaja sudah bertumbuh menjadi seorang pemuda, mulai mengembangkan bisnis sendiri. Dia berhasil menjadi seorang motivator profesional. 

Dalam suatu seminar yang dipadati seribu peserta yang diselenggarakan dia sendiri, dia menceritakan kisah nyata ini yang dialami priibadi . Dia tidak menggunakan pola motivasi yang digunakan oleh motivator pad umumnya. Dia hanya menceritakan kisah ‘sepatu ” yang dialaminya dari diri sendiri.

Pada sesi akhir seminar, Dia mengatakan: “Ketika saya berdiri di atas panggung ini, saya ingin memberitahukan  kepada anda semua, bahwa yaitu pada sepuluh hari yang lalu, ibu saya menghubungi saya agar segera menuju ke satu tempat tanpa ditunda. saya mengira dia mengalami kecelakaan atau apa. saya bergegas ke lokasi yang dimaksud, tiba di sebuah rumah, didalam sudah ada beberapa orang. Saya melihat ibu sedang menangis juga melihat pria yang pernah bantu ibu, ada seorang pria yang lumpuh yang saya kenal. tampak berbaring tenang di tempat tidur. tampaknya sudah tidak ada nafas lagi.

Ibu melihat saya datang,  sambil menangis mengatakan: “Nak, maafkan ibu, Apa yang ibu kasih tahu kamu masa lalu, semua adalah benar, kecuali hanya ada satu hal, ibu terpaksa untuk menyembunyikan, agar kamu bebas dari beban mental, juga bebas menghadapi tekanan sosial. orang yang berbaring di depan anda sebenarnya adalah ayah kandungmu. pria yang menolong kita adalah adik sepupunya dikala kamu masih kecil, musibah penyakit terjadi pada ayah, karena tidak ada uang untuk berobat, kakinya jadi lumpuh total.

Demi masa depan kamu,. ayahmu memutuskan hidup terpisah. dia tidak ada yang mengurus, hidup terus berjalan, kamu tahu betapa sulitnya dan seberapa buruknya kondisi yang harus dia hadapi, tapi aku sudah punya kesepakatan dengan ayahmu, bahwa sebelum kamu tumbuh menjadi dewasa, rahasia ini tidak pernah boleh dikatakan. hari itu, saya benar-benar habis akal,  ingin pergi menemuinya untuk minta bantuan, dia memarahi saya, maafkan Ibu! “

“Tidak, Ibu, Ayah! ” Saya berterik keras !. Saya sudah tidak dapat berbicara lagi, hanya melemparkan diri memeluk tubuh ayahku yang sudah dingin. menangis keras.

Para hadirin, bapak bapak dan ibu-ibu yang terhormat, Apapun status dan kapasitas kedua orang tua anda, janganlah anda mempermasalahkannya. Bagaimanapun mereka memperlakukan kita, kita harus memahami posisi mereka. Orang tua saya miskin, saya tidak akan merasa minder oleh karenanya. karena sesungguhnya saya telah memiliki kasih sayang dari kesediaan berkorban tanpa pamrih dari mereka, saya memiliki seorang ayah yang luar biasa hebat. saya juga memiliki seorang ibu welas yang membesarkan saya tanpa minta balas budi. Saya sudah punya apa yang paling berharga di dunia tentang makna kehidupan. Sekarang, saya tidak perlu sepasang sepatu ini lagi. Karena saya sudah mencairkan kasih bersamanya ke dalam lubuk hati. sekarang yang ingin saya lakukan, adalah berbagi inspirasi “cinta kasih” ini. kekuatan yang mampu untuk memindahkan gunung maupun mengisi lautan. 

 Aku berkata kepada anda semua terus terang, di dunia hanya cinta dari orang tua adalah murni, suatu sifat kodrat. Tidak munafik.”

Lampu panggung perlahan meredup. Latar Belakang layar muncul kata-kata: “Silahkan menatap kedua  tangan dan kedua kaki Anda, apakah anda utuh? renungkan apakah dalam hati anda ada “kasih” ?

Para penonton diam-diam menundukkan kepalanya. mengalir air mata.

. ……. Materi hanya membuat jasad kita menikmati sejenak. namun makna bisa jadi motivasi kita seumur hidup.

selesai.

penulis: AK.CHANDRA

artikel dilindungi HAK CIPTA intelektual. dilarang mengkopi atau memetik isi karya ini tanpa izin penulis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Isian wajib ditandai *

Loading...