Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari cepatnya kemajuan Negara Republik Rakyat Tiongkok?
Penulia : Jayanto
IT Company Founder (1991-sekarang)
28 Desember 2019
Kita menganut sistem demokrasi, artinya pemimpin dipilih oleh rakyat. Siapapun rakyat punya hak suara untuk memilih pemimpin, tidak perduli ia mengerti atau tidak, tidak perduli siapa dia.
Masalah yang timbul adalah kebanyakan masyarakat tidak mengerti ekonomi, pilitik, sosial dan lainnya, sehingga pemimpin dipilih bukan berdasarkan kemampuan pemimpin tersebut, tetapi berdasarkan emosi pemilih atau mungkin karena pengaruh orang sekitar pemilih.
Akibatnya banyak pemimpin yang tidak memiliki kemampuan terpilih dan tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Di negara kita baik pemimpin daerah, badan legislatif dipilih dengan cara demikian.
Terlihat jelas kapasitas para anggota legislatif, pemimpin daerah tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk melakukan pekerjaannya.
Ditambah lagi desentralisasi yang dilakukan pasca reformasi, sehingga pemerintah pusat tidak bisa melakukan pengawasan atau tindakan pada bupati dan gubernur.
Tentu saja pilihan pendiri negara menjadikan Indonesia sebagai negara demokrasi berharap tidak ada dikator, demikian juga desentralisasi menghindari terpusatnya kekuasaan seperti pada masa orde baru.
Tiongkok bukan negara demokrasi, mereka memilih pimpinan negara berdasarkan kemampuan (Meritocracy), seperti Xijinping ia dipilih karena memang mampu melaksanakan tugasnya, mulai dari urusan kampung, kecamatan, kabupaten, propinsi semua ia sudah lewati, sehingga ketika menjadi pempimpin benar-benar berpengalaman dan mengerti lapangan dengan jelas.
Tiongkok dengan cara ini juga mengalami masa suram, ketika Mao berkuasa, terjadinya Revolusi Kebudayaan yang dapat dikatakan menghancurkan ekonomi.
Pilihan struktur politik Tiongkok seperti ini, bukanlah tiba-tiba, tapi berdasarkan pengalaman sejarah yang mereka pernah alami, sentralisasi ada kelebihan tapi juga ada kekurang, desentralisasi juga ada kelebihan dan kekurangannya.
Silahkan simak tautan ini terkait dengan sentralisasi dan desentralisasi sudah diperlajari beberapa abad sebelumnya.[1]
Saya tidak mengatakan demokrasi jelek, meritocracy bagus, keduanya memiliki kelemahan dan kelebihan.
Banyak negara-negara yang baru terbentuk menerapkan system demokrasi, tidaklah mudah menjadi negara maju, karena seringnya terjadi persaingan politik sehingga pembangunan tidak dapat dilakukan sesuai harapan. Jika tidak ada persaingan politik yang berlebihan, masyarakat sudah mengerti arti demokrasi dan pendidikan politik, maka tentu akan baik.
Meritocracy akan menjadi buruk, ketika pemimpin yang ditunjuk melakukan penyelewengan wewenang. Tapi kalau yang terpilih melaksanakan sesuai harapan, maka akan sangat baik.
Demikian juga sentralisasi dan desentralisasi masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Dengan melihat kenyataan ini, sepantasnya kita harus bercermin dimana kekurangan kita sehingga kita dapat melaksanakan pembangunan lebih cepat dan lebih baik lagi.
Struktur Industri
Tidak perlu pergi ke Tiongkok, kita sekarang saja sudah dibanjiri berbagai jenis barang dari Tiongkok. Apakah hanya negara kita ?. Tidak, seluruh dunia juga dibanjiri barang buatan Tiongkok.
Semula barang mereka murah dan buruk kwalitasnya, seperti juga barang dari Jepang pada tahun 60–70, tidak bagus kwalitasnya. Tetapi saat ini barang Jepang dapat dikatakan kwalitasnya dapat dijamin. Tiongkokpun demikian, karena persaingan di dalam negri yang sangat ketat, dapat dikatakan sangat mengerikan, maka kwalitas harus baik baru bisa bersaing. Sehingga mereka terus berinovasi dan memperbaiki kwalitas, sehingga saat ini kwalitas semakin baik.
Mengapa barang buatan Tiongkok begitu murah, jawaban sederhanyanya karena struktur industri mereka lengkap. Mulai dari ulu sampai hilir.
Sebagai contoh, anda ingin memulai start-up, anda sekolah komputer dan menguasi pembuatan program, anda dapat membuat program untuk mengontrol camera untuk mengawasi bayi. Di Tiongkok anda dengan mudah mendapatkan kamera demikian, bahkan jika anda ingin melakukan modifikasi, jika dalam jumlah tertentu akan dilakukan oleh pabrik.
Hanya dengan menambahkan program kecil di dalam kamera, memberi merk dan buku panduan, anda sudah memiliki produk baru dan dapat dijual dengan merek anda sendiri.
Bayangkan kesulitan yang anda dapat jika ingin membuat produk demikian di Indonesia, jika adapun harganya sudah mahal dan tidak mungkin dapat dijual.
Tiongkok memiliki semua industri dari hulu hingga hilir, yang mereka butuhkan hanya bahan mentah, hasil industrinya segala macam. Jadi jangan tidak mengherankan jika barang Tiongkok ada di mana-mana.
Indonesia memiliki kesempatan untuk melakukan hal ini pada tahun 80, sayang masa keemasan tersebut sudah berlalu, kita terlalu puas hanya menjual bahan mentah saja, tidak diolah sudah menghasilkan uang yang banyak. Akhirnya kita saat ini mengalami kesulitan ketika mau masuk ke era industri, karena struktur industri kita tidak lengkap.
Pemberantasan Korupsi
Korupsi adalah momok bagi pembangunan, di negara manapun. Tidak ada negara yang benar-benar bebas 100% dari korupsi. Negara-negara sedang berkembang apalagi.
Negara demokrasi yang baru, sangat rentan akan korupsi, penyelewengan kekuasaan, sehingga korupsi terjadi.
Tiongkok sangat serius melakukan pemberantasan korupsi, apalagi sejak Xijinping memimpin. Dapat dikatakan koruptor dihukum mati.
Bayangkan saja, Tiongkok sudah ribuan tahun menghukum mati koruptor saja, sampai saat ini masih ada yang korupsi. Apalagi hanya dihukum beberapa tahun, korupsi pasti merajalela.
Kalau di Indonesia, saya tidak perlu berkomentar.
Pendidikan
Berdasarkan pengalaman sejarah mereka, Tiongkok memiliki keyakinan penuh bahwa pendidikana adalah cara terbaik untuk membangkitkan negara. Tidak heran jika untuk menjadi pejabat harus ikut ujian dahulu, seperti pada cacatan kaki.
Di Tiongkok lulusan STEM (Science, Technology, Engineering and Math) terbanyak di dunia, setiap tahun sekitar 3,4 juta sarjana. Indonesia juga banyak, sayangnya kebanyakan sarjana sosial.
Ekonomi didorong oleh adanya temuan baru, inovasi baru. Jelas penemuan dan invosasi butuh sarjana STEM, tanpa adanya mereka maka tidak ada inovasi, tidak ada penemuan baru. Sehingga ekonomi tidak memiliki energi yang cukup untuk bangkit dengan kekuatan penuh.
Indonesia harus berpikir keras bagaimana menghasilkan sarjana STEM yang seusai dengan kebutuhan pembangunan.
Politik dan Agama
Secara tegas Tiongkok memisahkan politik dan agama. Di gedung-gedung pemerintah tidak ada satupun simbol-simbol agama. Tidak ada hari libur agama. Baik Natal, Waisak, Lebaran tidak ada libur.
Libur di Tiongkok adalah libur hari budaya, hari negara. Hari budaya seperti Festival 4 Musim (semi, panas, gugur dan salju), hari kemerdekaan, hari buruh, hari peringatan leluhur.
Jangan sekali-sekali menggunakan agama untuk politik, jangankan agama Islam, agama Buddha yang dapat dikatakan lebih banyak penganutnya juga akan disingkirkan, seperti kasus Tibet.
Tidak perlu komentar soal politik dan agama di Indonesia.
Soft Power
Satu kekuatan terbesar Tiongkok yang tidak dapat ditiru oleh siapapun adalah kebiasaan rakyatnya, tradisi, paham yang dianut oleh rakyatnya, singkatnya budaya mereka.
Jika semua di atas dapat ditiru, kebudayaan satu-satunya yang tidak dapat ditiru. Kebiasaan kerja keras, tepat waktu, bersaing dengan jujur, selalu memperbaiki diri, beradaptasi pada perubahan, rasa nasionalisme yang tinggi.
Kebudayaan inilah yang membuat mereka mudah untuk melakukan pembangunan dengan cepat.
Jasmerah
Pak Karno mengatakan Jasmerah, jangan pernah lupa sejarah. Demikian yang dipraktekan di Tiongkok, mereka selalu ingat sejarah mereka, bukan saja sejarah perjuangan, tetapi sejarah dinasti-dinasti sebelumnya. Silahkan tanyakan sejarah pada seseorang yang anda temui di jalan, mereka dapat dengan mudah menjelaskannya.
Kesalahan dan kebaikan yang pernah dilakukan oleh kaisar, oleh jendral semua yang dicatat dalam sejarah selalu diingat, sehingga mereka tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Setiap peristiwa bersejarah ada kata-kata atau kalimat yang unik, sehingga begitu menyebut kalimat tersebut semua orang sudah tau apa yang dimaksud.
Di Indonesia, banyak yang lupa sejarah. Sampai ada pertanyaan, “Apakah ada orang non-Tionghoa yang beragama Buddha?”, lupa kalau ada 2 kerajaan besar di Indonesia yang sangat terpengaruh ajaran Buddha.
Lupa kalau pernah dijajah Belanda, Jepang, Inggris yang dibenci malah Tiongkok yang tidak pernah menjajah.
Infrastuktur
Ketika Tiongkok merdeka rakyat miskin mereka sebanyak 800 juta, bukan 80 juta, tapi 800 juta. Sebagian besar sudah terbebas dari kemiskinan, tersisa hanya 10% saja.
Kemiskinan menumpuk di kampung-kampung yang tidak ada jalan, sehingga para petani tidak dapat menjual hasilnya. Jika dijual harus melewati para makelar sehingga pendapatan petani tidaklah memadai, akhirnya mereka menjadi pekerja kasar di kota meninggalkan keluarga di kampung. Banyak kisah menyedihkan anak kecil hidup sendiri atau hanya bersama kakek atau neneknya.
Sumber gambar[2] , foto anak Tiongkok ini sangat terkenal, seorang anak yang ditinggal oleh orang tuannya bekerja, ia harus berjalan beberapa km untuk mencapai sekolah, pada saat musim dingin sekalipun. Saat salju turun, rambut seperti ditumbuhi salju. Inilah gambaran kemiskinan, pemerintah Tiongkok serius mengentaskan kemiskinan.
Untuk itu pemerintah Tiongkok melakukan pembangunan jalan dimana-mana, ratusan ribu km jalan tol untuk menghubungi semua kota. Tidak cukup untuk itu, dibangun juga kereta cepat, jika jumlah jalur kereta cepat di seluruh dunia digabungkan, masih lebih pendek dengan panjang jalur kereta cepat yang ada di Tiongkok.
Selain infrastruktur, pemerintah Tiongkok juga mengajarkan para orang tua, masyarakat desa untuk menggunakan internet, e-payment dan pasti market place, sehingga petani dapat menjual hasil panen langsung di Internet dengan infrastruktur logistik yang memadai, maka hasil panen dapat dipastikan tiba di tempat tujuan kurang dari 2×24 jam.
Dengan demikian para petani dapat melakukan transaksi ekonomi dengan baik dimanapun mereka berada, sehingga meningkatkan pendapat mereka, yang pasti lebih cepat keluar dari kemiskinan.
Indonesia saat ini tidak beda jauh, infrastruktur harus dibangun. Tanpa infrastruktur, semua akan menjadi lebih mahal dan tidak effisien.
Lalu kemana kita akan melangkah kalau negara Industri tidak mudah dicapai, menurut pendapat saya, menjadi negara wisata.
Jepang mengalami krisis keuangan, bertahun-tahun, karena tidak ada jalan lain, satu-satunya yang mereka tidak pernah lakukan adalah membuka negaranya untuk wisata.
Hanya dalam hitungan bulan turis membanjiri Jepang dengan membawa devisa yang luar biasa banyaknya, jadi anda jangan heran kalau sering sekali melihat iklan untuk wisata ke Jepang, karena itu memang program pemerintah mereka.
Bhutan ketika negara semakin baik, maka jumlah penduduknya meningkat, tetapi karena negaranya kecil, lapangan kerja tidaklah banyak. Terpaksa mereka membuka diri untuk pariwisata, walaupun sangat dibatasi, tak mengherankan kalau pergi ke Bhutan biayanya mahal. Hal ini untuk membatasi jumlah turis yang datang ke Bhutan agar tidak merusak budaya mereka.
Apakah Indonesia bisa ?. Ya pasti, Indonesia banyak tempat-tempat yang indah, pantai yang luar biasa indahnya, tetapi belum ada infrastruktur. Jepang hanya dalam hitungan bulan siap, karena secara infrastruktur sudah siap, demikian Bhutan yang semua jalan raya sudah baik dah rapih, kita perlu kerja keras membangun infrastruktur agar memudahkan para wisatawan datang ke tempat tujuan.
sumber : quora